KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah segla puji hannya kepada allah, yang mana telah
memberikan kita nikmat, hidayah dan taufiqnya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Shalawat dan salam –Nya,
semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan alam, yakni nabi besar Muhammad
SAW. Yang kita nanti-nantikan Syafa’atnya didunia dan akhirat.
Tentunya
harus kita sadari bahwa islam masuk ke Asia Tengara, itu dengan macam-macam
jalur yang ditempuh. Kita sebagai seorang muslim, hendaknya bias memahami
macam-macam jalur atau jalan tersebut. Maka dalam makalah ini penulis bermaksud
untuk memaparkan atau menjelaskan secara gambling mengenai Proses Masuknya
Islam ke Asia Tenggara.
Penulis
menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Tetapi penulis berharap, semoga dalam penulisan makalah ini didapat
manfa’at-Nya khusus-Nya bagi penulis dan umum-Nya bagi pembaca. Untuk itu,
kritik dan saran yang dapat membangun, sangat diharapkan penulis supaya dalam
penyusunan makalah yang berikut-Nya, dapat menjadi lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena
hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas
ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi
Negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia
(penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil
penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea,
dan Republik Singapura[1].
Dari
segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang
mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan
satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia
Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap
sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya.Termasuk wilayah ini
adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai
lautan Cina dan mencakup lndonesia,
Malaysia dan Filipina.
Sebagai seorang muslim yang tinggal di kawasan ASEAN, hendaklah kita mengetahui tentang
sejarah masuknya Islam
di kawasan
ASEAN. Akan tetapi ,kami tidak dapat menulis semua sejarah itu disini. Oleh karena itu, dari negara di ASEAN kami hanya akan membahas 4 saja yaitu
masuknya Islam di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Muangthai. adapun untuk
brunei dan Singapura tidak jauh beda dengan di Malaysia.
B. Perumusan Masalah
Dalam
makalah ini, akan dibahas mengenai:
1.
Sejarah masuknya Islam ke Asia Tenggara
2.
Perkembangan Islam di Indonesia
3.
Sejarah masuknya Islam d Filifina
4.
Sejarah perkembangan Islam di Malaisiya
5.
Sejatah masunya Islam di Muangtai
C. Tujuan penulisan
Penulis
dala makalah ini bertujuan:
1. Mengetahui dan
memahami sejarah masuknya
Islam ke Asia Tenggara
2. Mengetahui dan
Memahami perkembangan
Islam di Indonesia
3. Mengetahui dan
memahami sejarah masuknya
Islam di Filifina
4. Mengetahui dan
memahami sejarah
perkembangan Islam di Malaisiya
5. Mengetahui dan
memahami sejatah masunya
Islam di Muangtai
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan kami dalam penyusunan makalah ini, sangat
sederhana. kami mengumpulkan informasi dari beberapa buku,
media internet dalam mengumpilkan data
BAB II
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
A. Sejarah Masuknya Islam di Asean
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan
kaum pedagang. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang
disebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan
damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia
Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan
para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia
Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir. Berikut tentang sejarah masuknya Islam di negara negara
ASEAN.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
1.
Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti Hindu
dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan di beberapa wilayah
kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di
Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang
kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya
Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut
sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada
masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
2.
Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan.Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara
lain :
1.
Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama
menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan
Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka
makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).
Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani
yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama
Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan
media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di
pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia
mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran
Islam. Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan,
jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig
yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren
tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan
Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar
ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa
Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam
memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.
Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari
dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak
merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga para Sultan di seluruh Nusantara
melakukan komunikasi dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
3.
Perkembangan Islam di Beberapa
Wilayah Nusantara
1.
Di Sumatra
Wilayah Nusantara yang mula-mula
dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak
di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri
kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada
seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh”[2] yang digelar tahun
1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun
ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama
di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh
(memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula
bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam
berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar
Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah
panglima Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai
cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan
mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja
Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah
pengaruh keSultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang
dikenal dengan kabupaten Aceh Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan
Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim
kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang
semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam (
1607 - 1636).
2.
Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah
Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal
ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam,
bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M.
sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi
Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai
pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah
selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan
Pasai sendiri. Sebab
saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak
dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya
dilakukan oleh para Wali Songo, yaitu:
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan
Ampel)
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin
atau Raden Paku)
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
f. Sunan Drajat.
g. Syarif Hidayatullah
h. Sunan Kudus
i. Sunan Muria
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk
merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan
Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Merekapun memiliki kepastian
hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum
yang pasti yaitu syari’at Islam “Salokantara” dan “Jugul Muda”
itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam.
Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama
derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan
ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan
sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga
dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden
Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden
Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden
Mahmud. Beberapa
tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya.
Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping
wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan
Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini
memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
3.
Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin
hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi
politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah
menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang
Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui
pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya
dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa
hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan
negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih
dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke
kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa
yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal
(1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng
Matopa.
4.
Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan
Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai
kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim
kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari
tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan
Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i
tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini.
Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama
da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
5.
Di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal di dunia
sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang
asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau
dari manca negara. Hal
ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar
pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 M, dibawa oleh para pedagang muslim dari
Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Songo di Jawa). Pada tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja
Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda), bahwa
raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M).
Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi,
diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan
, yaitu Ternate dan Tidore.
Ø Peranan Umat Islam dalam Mengusir
Penjajah.
Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati
bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam,
seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,
umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah
putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah
dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan pada
dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-Ahmar
dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia, tidak
akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama menjadikan
bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa
jurnalistik.
Beberapa
ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air dan
membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan semangat
melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh pergerakan, termasuk
yang berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya terinspirasi dari ruh
ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat)
tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri pernah jadi guru
Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M
Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai pemberontak DI/TII; RA Kartini juga
sebenarnya bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan emansipasi wanita, Ia
seorang pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah.
Ketika sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan
(jahiliyah) kepada cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis
gelap terbitlah terang). Patimura seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang
Nasrani sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas
Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah
Kapten Ahmad Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan
rakyat Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut
fakta sejarah adalah seorang muslim.
C. Sejarah Masuknya Islam Di Filipina
Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk
penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua,
kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas.
“Dalam bukunya yang berjudul Islam
Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di
Philipina merukan salah satu kelompok minoritas diantara negara negara yang
lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah
44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan
prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao.”[3]
Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang
Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja,
akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini.
Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan,
khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan
ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang
pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan
sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra
Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan
Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga,
akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk
Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada
masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu
Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan
Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab. Manguindanao kemudian
menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau
Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara
Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan
Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang
bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina
sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini
bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat
sub-kontinen.
Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16
Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik
“ekspedisi ilmiah” Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan
wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya
dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan
melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara
kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian kilometer demi kilometer untuk
mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M). Menghabiskan
lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum
Muslimin. walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara
total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah
belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap
orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap
hal-hal yang buruk) sebagai “Moor” (Moro). Artinya orang yang buta huruf,
jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan
Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan
tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri.
Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam
ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang
melawan orang-orang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar
orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”.
D. Sejarah Perkembangan Islam di
Malaysia
1.
Masuknya Islam
di Malaysia
Pengakuan Islam di
bagian dunia telah menjadi fakta sejak CE 674 (empat puluh dua tahun setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW ketika penguasa Umayyah Muawiyah berkuasa di
Damaskus. Dua ratus tahun kemudian pada tahun 878 Masehi Islam dianut
oleh orang-orang di sepanjang pantai Semenanjung Malaysia termasuk pelabuhan
Kelang yang terkenal pusat perdagangan. Sebelum kedatangan Islam, orang Melayu
pribumi memeluk agama kuno dengan berbagai bentuk keyakinan dengan beberapa
milik penduduk Hindu / Budha agama. Hidup ini terstruktur dan diatur dengan
cara-cara yang menunjukkan pengaruh lebih dari satu agama. Hal ini dapat
dilihat tidak hanya dalam pola-pola budaya malay tetapi juga bagian dari
'kekuatan' struktur pejabat negara dan pangeran.
Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh
Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat
pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah
I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin bertambah ramai dengan datangnya para
pedagang dan pendatang.
Pada tingkat politik, penguasa kerajaan dan
kepala negara di sebagian besar masyarakat di dunia malaysia memeluk agama Islam. Orang-orang terkesan dan tertarik oleh
ketentuan dalam Alquran dan Hadis bahwa manusia harus digolongkan atas dasar
kesetaraan interpersonal.
2.
Penyebaran Islam
Setelah pengenalan awal Islam, agama ini
disebarkan oleh para sarjana Muslim lokal atau ulama 'dari satu kabupaten yang
lain. Praktik normal mereka adalah untuk membuka pusat pelatihan agama disebut
"pondok" atau pondok dari ruang tidur kecil yang dibangun bagi para
siswa.
Selain memberi kuliah di rumah-rumah, rumah doa, atau
masjid, mereka juga melakukan tugas-tugas seperti bekerja di ladang padi,
berkebun dan craftwork dan pekerjaan lain sesuai dengan kemampuan masing-masing
individu. Peran ulama ini 'tidak hanya itu
seorang guru tetapi juga bahwa dari penasihat bagi keluarga dan masyarakat
desa. Peran yang mereka mainkan cukup luas dengan alasan salah satu
keahlian dan kemampuan mereka di lebih dari satu bidang kegiatan manusia. Setelah lulus, murid-murid akan kembali ke tanah air
mereka, sering di beberapa sudut terpencil negara, membentuk sebuah mata rantai
antara satu ulama 'dan lainnya.
Islam di Malay Archipelago pada umumnya dan Malaysia
khususnya mengikuti Madhab Syafi'i (aliran pemikiran). Namun, ada banyak umat
Islam di Malaysia yang tidak mengikuti sekolah tertentu. Di Perlis, konstitusi negara menentukan bahwa Perlis
mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak Madhab tertentu. Banyak umat Islam di
Perlis karenanya tidak mengikuti Madhab, seperti halnya dengan para pengikut
dan anggota Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Namun ada, sejumlah umat Islam yang merasa bahwa
sekolah-sekolah pondok tidak bisa menghadapi tantangan lembaga pendidikan
kolonial. Dalam rangka untuk mengatasi masalah,
Madrasatul Mashoor Al-Islamiyah didirikan di Pulau Pinang pada tahun 1916 dengan
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Madrasah mengajarkan
Fiqh serta mata pelajaran sekuler.
Sampai sekarang perkembangan agama Islam di Malaysia
makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang
dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkemabangan Islam di Malaysia, tidak ada hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam
konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan,
hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992. kelantan adalah
negara bagian yang dikuasai partai oposisi, yakni Partai Al-Islam se-Malaysia
(PAS) yang berideologi Islam. Dalam pemilu 1990 mengalahkan UMNO dan PAS
dipimpin oleh Nik Mat Nik Abdul Azis yang menjabat sebagai Menteri Besar
Kelantan.
E. Sejarah Masuknya Islam di
Muangthai
1.
Latar Belakang Muangthai
Di
Muangthai terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4 % dari penduduk
umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam
yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan
Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling
dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan.
Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani
pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara
dan menghasilkan ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idris al-Fatani.
2.
Masyarakat
Masyarakat
Melayu sangat terisolasi dari masyarakat Muangthai pada umumnya dan
karakteristik sosial budayanya cenderung untuk mengisolasikan. Istilah
masyarakat Muslim hampir sinonim dengan masyarakat pedesaan. Daerah-daerah
perkotaan secara dominan merupakan daerah Muangthai Budhis, yang berhubungan
dengan birokrasi negara dan para pedagang serta pemilik tokoh Cina. Hanya ada
dua alasan bagi orang Muslim pedesaan Melayu untuk berhubungan dengan orang
Muslim bukan melayu di daerah perkotaan. Oleh karena itu, usaha-usaha kecil di
desa dimiliki oleh orang-orang Muslim Melayu sendiri. Dan untuk berhubungan
atau berurusan dengan pemerintahan harus memakai cara penghubung atau
perantara, maka kesempatan diadakannya hubungan antar pribadi antara mayoritas
Melayu Muslim dan non Muslim di daerah itu sangat terbatas. Para pejabat
pemerintah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk mengetahui dari sifat
sebenarnya terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh penduduk desa. Penduduk
desa menyerahkan persoalan dagangnya dengan para saudagar Cina dipemilik toko
di desa. Lingkungan sosialnya cenderung kecil dan mereka tidak merasa
perlumemperluas jaringan sosialnya.
3.
Penyebaran Islam di Daerah Patani
Pada
dasarnya yang menyebabkan tetap kuatnya kesetiaan rakyat dan rasa keterikatan
kultural mereka dengan Patani adalah peran historisnya sebagai pusat Islam di
Asia Tenggara. Bahkan kerabat-kerabat raja dan kaum bangsawan tetap merupakan
symbol kemerdekaan Patani selama banyak dasawarsa, setelah negeri itu secara
formal dimasukkan ke dalam kerajaan Muangthai dalam tahun 1901. Pada tahun 1613
Patani masuk Islam sebelum Malaka, secara tradisional dikenal sebagai “
Darussalam” (tempat damai) pertama di kawasan itu. Sejalan dengan tradisi
antara agama dan system pemerintahan di Asia Tenggara. Di kalangan pemegang
kekuasaan untuk menerima“idiologi yang memberi legitimasi” sebelum rakyat
sendiri memeluknya. Maka Islam dianut oleh keluarga para raja.
Penyebaran
Islam di Muangthai melalui perdagangan, disana Islam tidak berhasil mendesak
pengaruh Budha secara kultural maupun politik. Karena Islam pada saat itu masih
sedikit. Kaum muslimin yang menjadi minoritas menghadapi masalah, namun tak
lama kemudian Muslim minoritas bisa berperan penting dalam kehidupan nasional
mereka. Karena kemajuan yang telah dicapai di bidang pendidikan. Dan pendidikan
inilah, faktor terpenting bagi kemajuan kaum muslimin.
4.
Perkembangan Keagamaan dan Peradaban
di Muangthai
Islam
di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai
menganut agama Budha dan Hindu. Orang Melayu Muslim merupakan golongan
minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina. Mereka tergolong
Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan
umat Islam di Muangthai. Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu
perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial,
budaya, dan politik Muangthai. Dan perkembangan Islam di Muangthai, telah banyak
membawa peradaban-peradaban. Misalnya :
a. Di
Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
b. Golongan
Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam “Rabittah”.
c. Golongam
modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebaran
Islam di Asia Tenggara tidak terlepas dari peranan kaum pedagang Muslim. Hingga kontrol
ekonomi pun dimonopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam
sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia
Tenggara. Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang telah di-Islamkan di
kawasan ini, secara bertahap. Islam dan etos yang lahir darinya muncul sebagai
dasar kebudayaan.Namun dari masyarakat yang telah di-Islamkan dengan sedikit
muatan lokal. Islamisasi dari kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di
bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan.
Tradisi pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Bahasa Melayu
secara khusus dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan
menjadi media pengajaran agama. Bahasa Melayu juga punya peran yang penting
bagi pemersatu seluruh
wilayah itu.Sejumlah karya bermutu
di bidang teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera bermunculan.
B.
KRITIK dan
SARAN
Mengingat bahwa Islam
masuk ke ASEAN secara damai, maka hendaklah kita menjaga suasanan itu
seterusnya. Agar Isalm tidak dicap sebagai agama yang anarkis seperti yang
banyak di isukan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar