MAKALAH TOHAROH
A. THAHARAH
1.
Pengertian
Thaharah
Thaharah menurut
bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata seperti
najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’
berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan
bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’, 2003:1)
Suci dari hadas ialah dengan
mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah
menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa
perkara sebagai berikut:
a.
Alat bersuci
seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara)
bersuci.
c.
Macam dan
jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang
wajib disucikan.
e.
Sebab-sebab
atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS.
2:222)
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh
ialah:
a.
Menghilangkan
najis.
b. Berwudlu.
c.
Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika
tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti
air.
Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh
macam:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
3. Air laut.
4. Air dari
mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.
Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Air mutlak
(air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur
dengan sesuatu yang lain.
2. Air musyammas
(air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air musta’mal
(air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk
bersuci.
4. Air mutanajis
(air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda
najis atau yang terkena najis.
2.
Macam-Macam
Thaharah
a.
Bersuci dari
dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah
ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar
maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan
manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang
disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika
berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
Artinya :
“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu
sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada
setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut
kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)”.
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah
taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a.
Menyesal
dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b. Berjanji
tidak akan mengulanginya.
c.
Selalu
meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha
terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik dengan
mengharap keridhoan dari Allah SWT.
b.
Bersuci
menghilangkan najis.
Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik
jiwa, benda maupun amal perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran
(yang berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
2.1 Benda-benda
najis
a) Bangkai
(kecuali bangkai ikan dan belalang)
b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan
benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f)
Kencing dan kotoran
(tinja) manusia maupun binatang
g) Susu
binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan
madzi
i)
Muntahan
dari perut
2.2 Macam-macam
najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Najis
mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2
tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke
bagian yang terkena najis sampai bersih.
2. Najis
mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur
manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a.
Najis ‘ainiyah,
ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah,
ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering
dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang
semua sifatnya (bau, warna, rasa dan rupanya)
3. Najis mughallazah
(berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda
najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.
2.3 Najis yang
dimaafkan
1) Bangkai
binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan sebagainya.
2) Najis yang
sangat sedikit.
3) Darah bisul
dan sebangsanya.
4) Kotoran
binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang ternak
yang mengenai susu ketika diperah.
5) Kotoran ikan
d dalam air.
6) Darah yang
mengenai tukang jagal.
7) Darah yang masih
ada pada daging.
c.
Bersuci dari
hadas
Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan
menurut syara’ adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh
sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya
tidak sah karenanya, karena tidak ada
sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua :
1) Hadas kecil,
adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh manusia
yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya
tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2) Hadas besar,
adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat
dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini
bisa hilang dengan cara mandi besar.
B.
WUDLU
1. Pengertian
Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan.
Sedangkan menurut istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan
hadas kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki
disertai dengan niat.
2. Rukun Wudlu
Antara lain:
a.
Niat
b. Membasuh
muka
c.
Membasuh dua
tangan sampai siku
d. Mengusap
sebagian kepala
e.
Membasuh
kaki sampai mata kaki
f.
Tertib,
artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a.
Membaca
basmallah
b. Membasuh
tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c.
Berkumur-kumur
d. Membersihkan
hidung
e.
Menyela-nyela
janggut yang tebal
f.
Mendahulukan
anggota yang kanan
g. Mengusap
kepala
h. Menyela-nyela
jari tangan dan jari kaki
i.
Megusap
kedua telinga
j.
Membasuh
sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l.
Berdo’a
sesudah wudlu
4. Hal-hal yang
membatalkan wudlu
a.
Keluarnya
sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur
dengan posisi tidak duduk yang tetap
c.
Hilangnya
akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh
kemaluan dengan telapak tangan
e.
Tersentuhnya
kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak beralas
C.
MANDI
1. Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya
mengalirkan alir pada apa saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air
yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah
mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku
dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang
sunnah.
2. Hal-hal yang
mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
a.
Hubungan
suami istri
b. Mengeluarkan
mani
c.
Mati
d. Haid
e.
Nifas
f.
Wiladah (melahirkan)
3. Rukun mandi
a.
Niat
b. Menghilangkan
najis bila terdapat pada badannya
c.
Meratakan
air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
4. Sunnah mandi
a.
Membaca
basmallah
b. Berwudlu
sebelum mandi
c.
Menggosok
badan dengan tangan
d. Menyela-nyela
pada rambut yang tebal
e.
Membasuh
sampai tiga kali
f.
Berturut-turut
g. Mendahulukan
anggota yang kanan
h. Memakai
basahan
D.
TAYAMMUM
1. Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti
berwudlu atau mandi apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2. Syarat
tayammum
a. Islam
b. Tidak ada
air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan
mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air akan kambuh
sakitnya
d. Telah masuk
waktu shalat
e. Dengan debu
yang suci
f.
Bersih dari
Haid dan Nifas
3. Rukun
tayammum
a.
Niat
b. Mengusap
muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu
c.
Mengusap
kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib
4. Sunnah tayammum
a.
Membaca
basmallah
b. Mendahulukan
anggota kanan
c.
Menipiskan
debu di telapak tangan
d. Berturut-turut
5. Hal-hal yang
membatalkan tayammum
a.
Semua yang
membatalkan wudlu
b. Melihat air,
bagi yang sebabnya ketiadaan air
c.
Karena
murtad
E.
ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan,
wajib istinja’ dengan air atau dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula
dengan batu atau sebagainya kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid,
1981:37)
Adab buang air:
1. Sunnah
mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi, mendahulukan kaki
kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak
berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas
kaki.
4. Hendaklah
jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang
air di air yang tenang.
6. Tidak buang
air di lubang lubang tanah.
7. Tidak buang
air di tempat perhentian.
F.
HIKMAH
BERSUCI
1. Thaharah
termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara
kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara
kesehatan.
4. Menghadap
Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah
berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai penghapus dosa
kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar