PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI, SERTA PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN
KONSELING
A.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.
Pengertian Bimbingan
Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu
mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976)
menyatakan, guidance may be defined as that part of the total educational
program that helps provide the personal apportunities and specialized staff
services by wich each individual can develop to the fulles of his abilities and
capacities in term of the democratic idea.
Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan dan
perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan
outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan
pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun
layanan tersebut juga tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral
sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek
kepribadian individu dengan strategi/ upaya pokoknya memberikan kemudahan
perkembangan melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach karena
target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas paada individu
yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua aspek
kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan (masalah, target intervensi,
setting, metode, dan lama waktu layanan). Teknik bimbingan yang digunakan
meliputi teknik-teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran,
tutorial, dan konseling (Muro and Kottman, 1995:5).
Bimbingan perkembangan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian
bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan
agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan dan tugas-tugasnya sehingga
mereka sanggup mengarahkan diri, dan menyesuaikan pendidikan, keadaan keluarga,
masyarakat dan lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak. Dengan pemberian
layanan bimbingan, mereka lebih produktif, dapat menikmati kesejahteraan
hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti pada lembaga tempat mereka
bekerja kelak, serta masyarakat pada umumnya. Pemberian bimbingan juga membantu
mereka mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
2.
Pengertian Konseling
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi konseling. Shertzer dan
Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat di dalam literature
tentang konseling. Dari hasil bahasanya itu, mereka sampai pada kesimpulan,
bahwa counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the establishment and/or
clarification of goals and values of future behavior.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi
yang besifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami
diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
perilakunya.
Lebih jauh, pietrofesa dan kawan-kawan menunjukkan sejumlah
ciri-ciri konseling professional sebagai berikut.
a.
Konseling merupakan suatu hubungan professional yang diadakan oleh
seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.
b.
Dalam hubungan yang bersifat professional itu, klien mempelajari
keterampilan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, serta tingkah laku
atau sikap-sikap baru.
c.
Hubungan professional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antaraa
klien dan konselor.
ASCA (American School Counselor Assosiation) mengemukakan, bahwa
konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi
masalah-masalahnya.
Adanya perbedaan definisi konseling tersebut, selain ditimbulkan
karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan oleh perbedaan
pandangan ahli yang merumuskannya tentang konseling dan aliran atau teori yang
dianutnya. Dalam bidang konseling terdapat berbagai aliran dan teori yang
kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa model kategori pula. Ada ahli yang
mengklasifikasi konseling berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu
Suportif, reedukatif, dan rekonstruktif (Moh. Djawad Dahlan, 1986). Konseling
juga dibedakan berdasarkan metodenya, yaitu metode direktif dan nondirektif.
Osipow, Walsh, dan Tosi (1980) mengelompokkan konseling berdasarkan penekanan
masalah yang diselesaikannya, yaitu penyesuaian pribadi, pendidikan, dan
karier. Shertzer dan Stone (1980) mengelompokkan konseling berdasarkan kawasan
atau ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu konseling yang
berorientasi pada ranah kognitif dan konseling yang berorientasi pada ranah
afektif. Ahli lain Patterson (1966) secara lebih rinci mengelompokkan
pendekatan konseling menjadi lima kelompok, yaitu pendekatan rasional, teori
belajar, psikoanalitik, perseptual-fenomenologis, dan eksistensial.
Uraian tersebut menggambarkan betapa sulit merumuskan definisi
konseling yang kompherensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai
aliran. Namun demikian, berikut ini di uraikan beberapa generalisasi yang
menggambarkan karakteristik utama kegiatan konseling.
a.
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Makna bantuan itu sendiri, yaitu sebagai upaya untuk membantu orang
lain agar ia mampu tumbuh kea rah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam
kehidupannya. Tugas konselor adalah
menciptakan kondisi-kondisi fasilitatif yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan klien.
b.
Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling
terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien.
Hubungan itu tidak hanya bersifat kognitif dan dangkal, tetapi melibatkan semua
unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan,
pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses
konseling, kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal
ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam
suasana rahasia.
c.
Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas
hubungan antara konselor dan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas
hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik
konseling dan kualitas pribadinya.
B.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
1.
Tujuan Bimbingan
Tujuan
pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat (1) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan
dating; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta lingkunan kerjanya; dan (4) mengatasi hambatan
serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya; (2) mengenal dan
memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya; (3) mengenal dan menentukan
tujuan, rencana hidupnya, serta rencana pencapaian tujuan tersebut; (4)
memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; (5) menggunakan
kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat;
(6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntunan dari lingkungannya; serta (7)
mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat,
teratur, dan optimal.
2.
Tujuan Konseling
Dari
seluruh pengertian konseling yang ada, Shartzer dan Stone (1980: 8288)
menyimpulkan, bahwa yang menjadi tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah
pada khususnya adalah sebagai berikut.
a.
Mengadaakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khusus di sekolah, Boy dan
Pine (Depdikbud, 1983: 14) menyatakan, bahwa tujuan konseling adalah membantu
siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa
maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan
memanfaatkan sumber-sumber dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka
timbullah pada diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan
kehidupannya.
b.
Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini
tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi
positif dengan yang lainnya. Ia belajar menerima tanggung jawab, berdiri
sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku.
c.
Penyelesaian masalah. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa
individu-individu yang mempunyai masalah tidak mampu menyelesaikan sendiri
masalah yang dihadapinya. Di samping itu, biasanya siswa dating kepada konselor
karena ia percaya bahwa konselor dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
d.
Mencapai keefektivan pribadi. Sehubungan dengan ini, Blocher
mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan pribadi yang efektif adalah pribadi yang
sanggup memperhitungkan diri, waktu, dan tenaganya, serta bersedia memikul
risiko-risiko ekonomis, psikologis, dan fisik. Ia tampak memiliki kemampuan
untuk mengenal, mendefinisikan, dan menyelesaikan masalah-masalah. Ia tampak
konsisten terhadap dan dalam situasi peranannya yang khas. Ia tampak sanggup
berpikir secara berbeda dan orisinil, yaitu dengan cara-cara yang kreatif. ia
juga sanggup mengontrol dorongan-dorongan dan memberikan respons-respons yang
wajar terhadap frustasi, permusuhan, dan ambiguitas.
e.
Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi
dirinya. Di sini, jelas bahwa pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan
yang harus diambil oleh klien atau memilih alternative dari tindakannya.
Keputusan-keputusan ada pada diri klien sendiri. Ia harus tahu mengapa dan
bagaimana ia melakukannya. Oleh sebab itu, klien harus belajar mengestimasi
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin yang terjadi dalam pengorbanan pribadi,
waktu, tenaga, uang, risiko, dan sebagainya. Individu belajar memerhatikan
nilai-nilai dan ikut mempertimbangkan yang dianutnya secara sadar dalam
pengambilan keputusan.
C.
Fungsi Bimbingan dan Konselor
Fungsi
bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator
client dalm upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client dengan
kemampuan yang ada pada diri sendiri. Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa
bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya,
mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pemberi layanan kepada preseta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh
karna itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi
tersebut adalah:
1. Fungsi
pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang suatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan dan
perkembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi:
Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri terutama oleh peserta
didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan peserta didik termasuk dalam
lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua,
guru pada umumnya dan guru pembimbing.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan, perkerjaan dan informasi social dan
budaya atau nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi
pencegahan
Pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif
dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum
kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi.fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan pencegahannya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat
ataupun menimbulkan kesulitan kurugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
Upaya
pencegahan
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
fungsi pencagahan:
1.
Identifikasi pemesalahan yang mungkin
timbul
2.
Mengindentifikasi dan menganalisis
sumber-sumber penyebab tinbulnya masalah-masalah
3.
Mengidentifikasi pihak-pihak yang
dapat membantu pencegahan masalah tersebut
4.
Menyusun rencana program pencegahan
5.
Pelaksanaan dan monitoring
6.
Evaluasi dan laporan
3. Fungsi
pengentasan
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemberian label atau berasumsi bahwa
peserta didik atau klien adalah orang sakit atau rusak sama sekali tidak boleh
dilakukan.
Melalui fungsi pengentasan ini pelayan bimbingan dan konseling dapat mengatasi
berbagai masalah yang dialami oleh peserta didik.
4. Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan
Adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi
Advokasi
Fungsi advokasi yanitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis
ayanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut.
Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara
langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil
yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi-fungsi itu telah terlaksana dengan baik,
dapatlah bahwa pesert didik akan mampu berkembang secara optimal pula.
Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat membantu perkembangan peserta
didik secara terpada pula.
D.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan
Konseling
Prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan
konseling. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan,
baik disekolah maupun diluar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut :
1.
Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is fo all
individuals).
Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang
tidak bermasalah maupun yang bermasalah.Pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan
(kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan
(individual).
2. Bimbingan bersifat
individualisasi
Setiap individu
bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga
berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun
layanan bimbingannya menggunakan kelompok.
3. Bimbingan menekankan
hal yang positif
Bimbingan merupakan
proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan merupakan
usaha bersama
Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
5. Pengambilan keputusan
merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
Bimbingan diarahkan
untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan.Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat
kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan.Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan meyempurnakan
tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
6. Bimbingan berlangsung
dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian layanan
bimbingan tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dilingkungan
keluarga,dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat
multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan dan pekerjaan.
1)
Menurut Haditono 12 prinsip bimbingan adalah sebagai berikut :
2)
Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa,
dan orang-orang yang sudah tua.
3)
Tiap aspek dari kepribadian seseorang menentukkan tingkah laku
orang itu.
4)
Usaha-usaha bimbingan pada prinsipnya harus menyeluruh kesemua
orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.
5)
Semua guru disekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua
murid juga membutuhkan bimbingan.
6)
Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga
alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan
bimbingan.
7)
Dalam memberikan suatu bimbingan harus diingat bahwa semua orang,
mempunyai perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan tersebut yang harus
diperhatikan.
8)
Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik, dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.
9)
Memerlukan sekumpulan catatan
mengenai kemajuan dan keadaan anak yang dibimbing.
10)
Dibutuhkan kerjasama yang baik antara pembimbing dengan masyarakat
yang mempunyai hubungan denga bimbingan.
11)
Bagi anak-anak, sikap orang tua dan suasana rumah sangat
mempengaruhi tingkah laku mereka. Tanpa bantuan dan pengertian orang tua, usaha
bimbingan kadang-kadang hampir tidak dapat dicari jalan keluarnya.
12)
Fungsi dari bimbingan adalah
menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri
dalam mengatasi kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya apat berupa kemajuan
dari keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
13)
Usaha bimbingan harus bersifat flexible sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan masyarakat, serta kebutuhan individual.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan. (2006). Bimbingan & Konseling dalam
Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.
M.
Arifin, Teori-Teori Konseliang, Umum Dan Agama (Jakarta, PT Golden
Terayon Press: 1996) hal 23
Prayitno,
Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta, Rineka Cipta,
2004, Hal 208
Yusuf,
Syamsu dan Juntika Nurihsan.2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Yusuf,
Syamsu. 2006. Program Bimbingan dan Konseling (SLTP dan SLTA).
Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Walgito,
Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta
: CV Andi Offset
http://andasayabisa.blogspot.com/2012/06/konsep-dasar-bimbingan-dan-konseling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar