PENGARUH BELAJAR TERHADAP KECERASAN
Belajar adalah
suatu usaha untuk mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari lewat
buku-buku, menerima pelajaran disekolah baik formal maupun non formal. Jadi
belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kepandaian (kecerdasan) dan
pemahaman, sehingga ada perubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang
hal itu disebabkan oleh adanya pengalaman. Manusia tidak akan memperoleh suatu
pengetahuan jika ia tidak melakukan aktifitas yang disebut dengan belajar. Dari
pengertian diatas dapat dikatakan yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses
yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi yang
disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau keadaan sesaat seseorang
(misalnya : kelelahan, kebingungan dan lain sebagainya).
Faktor faktor
yang mempengaruhi proses belajar : Secara umum factor-faktor yang mempengaruhi
proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan
factor eksternal. kedua factor tersebut saling mempengaruhi dalam proses
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Faktor
Internal
Factor internal
adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor
fisiologis dan factor psikologis.
1. Factor
fisiologis
Factor-faktor
fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan
fisik/jasmani. Keadaan fisik/jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan fisik/jasmani sangat mempengaruhi proses belajar. Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. dalam proses belajar, merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga
manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga.
2. Factor
psikologis
Factor –faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa factor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah motifasi, minat, sikap dan bakat.
a) Motivasi
Motivasi adalah
salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya motivasi dibagi
menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi
intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi
kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik adalah factor yang datang dari luar diri
individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya.
b) Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapinya atau dipelajarinya.
c) Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya.
d) Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan
dengan belajar, Slavin mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya,
maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia
akan berhasil.
B. Factor
eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor
lingkungan social dan factor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan
social
Lingkungan
social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku
yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Lingkungan
social masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
Lingkungan
social keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan
non social.
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah : Pertama Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan factor-faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Kedua Factor instrumental, yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Selanjutnya
adalah mengenai Kecerdasan / Intelegensia Siswa.
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi
juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hampir seluruh aktivitas manusia. Menurut Maclean, otak manusia memiliki tiga
bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain.
Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga
adalah neokorteks . Kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kapasitas seseorang
untuk memperoleh pengetahuan (yakni belajar dan memahami), mengaplikasikan
pengetahuan (memecahkan masalah), dan melakukan penalaran abstrak .
Kecerdasan dapat
dibagi dalam tiga macam kecerdasan , yang dapat kami jelaskan sebagai berikut :
a) IQ
(Intelligent Quotient )
IQ ( Intelligent
Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan
intelektual, berupa kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia
merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi
fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi
yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada
saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan,
dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran,
penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir".
b) EQ (
Emotional Quotient )
EQ ( Emotional
Quotient) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan emosional,
berupa kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang
manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati
sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak
hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam
dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir
akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari
kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian
disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan
orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap
bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar
bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya, dapat dimengerti
kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik.
c) SQ (Spiritual
Quotient )
SQ ( Spiritual
Quotient ) merupakan tingkat kecerdasan manusia yang ditinjau dari kecerdasan
spiritual berupa kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih
luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan
spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat
fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas. SQ adalah suara hati
Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat .
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan
diatas yang dapat kami simpulkan adalah Kecerdasan merupakan factor psikologis
yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi (kecerdasan) seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi (kecerdasan) individu, semakin
sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya
untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Namun yang perlu diingat, dalam
belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
menyerap pengetahuan/pelajaran yang diberikan, sehingga dalam setiap individu
juga terdapat perbedaan dalam hal kecerdasannya. Karena belajar itu sangat
mempengaruhi kepandaian/kecerdasan seseorang sehingga jika setiap individu
memiliki daya tangkap yang berbeda maka kecerdasan/kepandaian yang diperoleh
juga berbeda.
Manusia yang
sudah belajar terus namun belum juga memperoleh kecerdasan/pengetahuan, itu
berarti kualitas otak (tingkat kecerdasan) individu itu perlu dipertanyakan.
Tingkat kecerdasan manusia itu dapat dibagi atas beberapa bagian :
1) Kelompok
kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang
termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
2) Kelompok
batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79
3) Kelompok
rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89
4) Kelompok
rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109
5) Kelompok
rata-rata tinggi (high average) merentang anatara IQ 110—IQ 119
6) Kelompok
kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139
7) Kelompok
kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169
Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan
kepada siswa. Jadi, belajar dan kecerdasan itu memiliki hubungan yang sangat
dekat yakni untuk memperoleh kecerdasan manusia perlu belajar dan untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal, manusia juga perlu mengetahui tingkat
kecerdasannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Admin,
“Kecerdasan Emosional, Moral, Spiritual” (online) http://educasi.
kompasiana.com/ 2010/12/07/kecerdasan-emosional-moral-spiritual/ diakses pada
tanggal 28 Maret 2011
2. George
Boeree, “Metode pembelajaran dan pengajaran”, (Yogyakarta : Ar ruzz Media,
2009)
3. Oemar
Hamalik, “Proses Belajar Mengajar”, (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
4. Radix Hidayat
“Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Belajar” (online) http://rumah
belajaritb.wordpress.com / 2008/07/17/faktor-faktor-pendukung-kegiatan-belajar/
di akses pada tanggal 28 Maret 2011
5. Sardiman,
“interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001)
6. Yasin Nur
Falah, “Bahan Ajar Ilmu Jiwa Belajar PAI”, (Kediri: IAIT Press, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar