Diajukan
untuk memenuhi tugas Individu Mata Kuliah Metodologi Studi Islam.
Dosen: Rofiq Azhar, S. Ag. MM
Disusun
Oleh: Ujang Abdul Fattah
Prodi:
PAI A
Semester:
1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL- MUSADDADIYAH GARUT
Jl. Mayor Syamsu No. 2 Tlp. (0262) 232334 Fax. (0262)
242017 Jayaraga - Tarogong Kidul Garut 44152
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
segla puji hannya kepada allah, yang mana telah memberikan kita nikmat, hidayah
dan taufiqnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
semaksimal mungkin. Shalawat dan salam –Nya, semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjunan alam, yakni nabi besar Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan
syafaatnya didunia dan akhirat.
Sudah
sepantasnya kita menyadari, bahwa dalam cara kita beribadah memuji dan
menyembah kepada Allah SWT. Itu terdapat ilmu dan tatacara praktiknya. Ilmu
yang dimaksud adalah ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf membantu kepada seorang yang
beragama islam, untuk senantiasa membantu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Yang mana didalamnya mengajarkan kita untuk senantiasa melaksanakan segala
bentuk akhlak-akhlak yang terpuji, membiasakan melapalkan kalimat-kalimat toyyibah,melakukan riyadhoh, guna membantu seseorang untuk lebih dekat dengan Allah
SWT.
Penulis
menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Tetapi penulis berharap, semoga dalam penulisan makalah ini didapat
manfa’at-Nya khusus-Nya bagi penulis dan umum-Nya bagi pembaca. Untuk itu,
kritik dan saran sangat diharapkan penulis supaya dalam penulisan makalah yang
berikut-Nya, dapat lebih baik.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tasawuf
merupakan salah satu bidang studi islam, yang memusatkan pembahasan pada
pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya akan menimbulkan akhlaq
mulia. Pembersiahan aspek rohani atau batin ini, selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoteric dari diri manusia.
Hal ini berdeda dengan aspek fiqih, khususnya pada bab thaharoh yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah
atau lahiriah yang selanjutnya disebut sebagai dimensi eksoterik.
B. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari perumusan makalah ini, adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca
mengenai ilmu tasawuf. Manfaat dari ilmu tasawuf ini adalah, sebagai pelantara
seseorang untuk membersihkan hati dari
sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Serta member bekal kepada
seseorang menuju keabadian yang hakiki.
C. Perumusan
Masalah
Penulis
merumuskan masalah dalam makalah ini megenai:
1.
Pengertian
Tasawuf
2.
Sejarah Tasawuf
3.
Macam-macam
Tasawuf
4.
Pemikiran
Tasawuf
5.
Manfaat
Tasawuf
D. Metode
Pengumpulan Data
Metode
yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data, sangat sederhana. Penulis
mengumpulkan informasi dari beberapa buku media internet dalam rangka
mengumpulkan data.
Kemudian
dibaca dengan seksama selanjutnya disusun secara sistematis.
E. Sistematika
Makalah
ini dibagi menjadi 5 poin pembahasan. Yang ke-1, mengenai pengertian tasawuf.
Yang ke-2, mengenai sejarah tasawuf. Yang ke-3, mengenai macam-macam tasawuf.
Yang ke-4, mengenai pemikiran tasawuf. Yang ke-5, mengenai manfaat tasawuf.
BAB
2
MENGENALI
TASAWUF
A. Pengertian
Tasawuf
1.
Tasawuf
Menurut Bahasa
Dari
segi kebahasaan (llinguistik), terdapat beberapa kata/ istilah yang disangkut
pautkan dengan istilah tasawuf. Seperti halnya Harun Nasution, yang membagi
kata/ istilah yang berhubungan dengan istilah tasawuf. Antara lain: As-suffah, yaitu orang-orang yang ikut
berhijrah dari kota makkah ke kota madinah, bersama nabi
Muhammad saw.
Kemudian saf, yaitu barisan
orang-orang yang ada dalam shalat berjama’ah. Kemudian sufi, yang artinya bersih dari apasaja. Kemudian sophos,yang berasal dari bahasa yunani,
yang artinya hikmah. Dan yang terakhir adalah suf, yang artinya kain wol kasar.
Jika
kita perhatikan secara seksama, dari nkelima istilah diatas terdapat sejumlah
kesamaan yang saling berkaitan. Diantaranya membahas mengenai sifat-sifat
terpuji, kesederhanaan dan kedekatan dengan Allah. Seperti kata as-suffah,itu menggambarkan orang-orang
yang rela mencurahkan dirinya, harta bendanya, sanak saudaranya, hannya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Mereka rala meninggalkan kampung halamannya,
rumah, kekayaan dan sebagainya yang ada dimakkah yang kemudian untuk pergi
berhijrah kemadinah. Ini semua terjadi karena adanya iman yang kuat serta
dilandasi oleh keinginan serta tekad yang kuat untuk memperjuangkan agama
Allah.
Selanjutnya
kata sof juga menggambarkan keadaan seseorang yang senantiasa selalu adadibarisan
depan dalam salat berjama’ah, terdepan dalam melaksanakan kebajikan. Demikian
pula kata sufi, yang berarti bersih
dan suci. Artinya orang selalu menjaga dirinya agar jiwa dan hatinya tidak
terkotori oleh sifat- sifat yang tercela dan perbuatan dosa. Selanjutnya kata suf, yang berarti kain wol yang kasar,
ini menunjukkan/ menggambarkan adanya suatu hidup kesederhanaan pada diri
seseorang yang bertasawuf. Semua ini disebabkan karena mereka sudah tidak
memperdulikan kehidupan dunia, mereka hanya berfokus untuk mencari jalan supaya
lebih dekat lagi dengan Allah. Karena mereka pecaya, bahwa “cinta pada dunia
itu adalah pokok dari segala bentuk dosa/ kejahatan”. Demikian pula kata sophos, yang berarti hikamah dan keadaan
orang yang jiwanyasenantiasa cenderung pada kebenaran.
Dengan
demikian, dari segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan seseorang yang
selalu berorientasi kepda kesucian jiwa, mengutamakan Allah, berpola hidup
sederhana, mengutamakan keenaran, rela berkorban demi kemajuan Islam. Sikap
demikian itu akan membentuk jiwa dan mental yang kuatdalam menghadapi
problematika kehidupan yang kian menyesatkan.
2. Taswuf Menurut Bahasa
Selain pengertian tasawuf dari segi kebhasaan, ada juga tasawuf
dari segi istilah. Dalam kaitan ini, para ahli mendefinisikan tasawuf
berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda. Pertama,tasawuf dilihat
dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas. Kedua, tasawuf dilihat
dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harusa berjuang. Ketiga,
tasawuf dilihat dari susut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan.
Jika dilihat dari susut pandang
manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan pengaruh kuhidupah dunia memusatkan
perhatian hanya kepada Allah. Selanjutnya, jika sudut pandang yang digunakan
adalah pandangan bahwa manusian sebagai makhluk yang harus bejuang, tasawuf
dapat didefinisika sebagai uapaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber
pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika
sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluk bertuhan, tasawuf
dapat didefinisikan sebagai keadaan fitrah (perasaan percaya kepada tuhan) yang
dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat
menghubungkan manusia denga Tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu dan lainnya dihubungkan,
segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan
berbagai kegiatan yang dapat membebasakan diri manusia dari pengaruh kehidupan
duniai, selalu dekat denganAlah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlk
mulia.
B.
Sejarah Tasawuf
Tasawuf lahir dan berkembang sebagai
suatu disiplin ilmu sejak abad ke-2 H, melalui Imam Hasan Al-Basri, Sufyan
Al-tsauri,
Al-Harits
Ibn Asad Al- Muhasibi, Abu Yazid Al- Bustami.
Jika kita lihat dari tokoh-tokoh perintis
diatas, maka tasawuf lahir dan berkembang dari daerah asal penyiaran islam
yaitu Makkah dan Madinah.
Perkembangan dan pertumbuhan tasawuf
didunia islam melalui beberapa tahap. Antaralain:
1.
Tahap Zuhud
Thap awal perkembangan tasawuf, dimulai
pada akhir abad ke-1 H sampai kurang lebih abad ke-2 H.
Gerakan zuhud pertama kali muncul di
Madinah dengan tokohnya :
a.
Dari kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW., Abu Ubaidal Al- Jarrah (w. 18 H), Abu
Dzarr Al- Gifari (w. 22 H), Salman Al-
faritsi (w. 32 H), Abdullah Ibn Mas’ud (w. 33 H).
b.
Dari kalangan tabi’in, Sa’id Ibn Musayyad (w. 91 H) dan Salim Ibn Abdullah (w.
106 H).
Kemudian dari Basrah dengan tokohnya,
Hasan Al- Basri (w. 110 H), Malik Ibn Dinar (w. 131 H), Fdhl Al- Raqasyi,
Kahmas Ibn Al- Hadan Al- Qais (w. 149 H), Shalih Al- Muri dan Abul Wahid Ibn
Zaid (w. 171 H).
Selanjutnya dari Kufah dengan tokohnya,
Al- Rbi Ibn Kasim (w. 96 H), Said Ibn Jubair (w. 96 H), Thawus Ibn Kisan (w.
106 H), Sufyan At- Tsauri (w. 161 H), Al-Lits Ibn Said (w. 175 H), Sufyan Ibn
Uyainah (w. 198 H).
Selanjutnya dari Mesir dengan tokohnya,
Salim Ibn Attar Al-Tajibi (w. 75 H), Abdurrahman Al-Hujairah (w. 83 H), Nafi,
hamba sahaya Abdullah Ibn Umar (w. 171 H).
Pada
masa terakhir tahap ini, muncul tokoh- tokoh yang dikenal denga sufi sejati.
Diantaranya: ibrahim Ibn Adhan (w. 161 H), Fudail Ibn Iyad (w. 187 H), Dawud
Al- Ta’I (w. 165 H), Rabi’ah Al- Adawiyyah (w. 185 H), Ma’ruf Al- Karahil (w.
200 H), Suri Al- Sakathi (w. 253 H), Dzul Nun Al- Mishri (w. 245 H), Abu YAzid
Al- Busthami (w. 260 H).
2.
Tahap Tasawuf
Paruh pertama abad ke-3 H, wacan tentang
zuhud digantikan dengan tasawuf. Ajaran para sufi, tidak lagi terbatas pada amaliah (aspek praktis), berupa
penanaman akhlak. Tetapi sudah masuk keaspek teoritis (nadhari), dengan
memperkenalkan konsep- konsep dan terminology baru yang sebelumnya tidak
dikenal. Seperti, Al- Maqam, Al- haal, Al- Ma’rifah, Al- Tauhid (dalam makna
tasawuf yang khas), Al- Fana, Hulul dan lain-lain.
Diantara tokoh-tokohnya, antara lain:
Ma’ruf Al- Khorkhi (w. 200 H), Abu Sulaiman Al- Darani (w. 254 H), Dzul Nun Al-
Msri (w. 254 H) dan Junaid Al- Baghdadi.
Maka
muncullah karya- karya tulis yang membahas tasawuf secara teoroitis, termasuk
karya Al- HaritsIbn Asad Al- Muhasib (w. 243 H), Abu SA’id Al- Kharraz (w. 279
H), Al- Hakim At- Tirmidzi (w. 285 H) dan
Junaid Al- Bagdadi.
3. Tahap Tasawuf Falsafi (Abad ke 6 H)
Pada tahap ini, tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional-filosofis. Ibn Arabi, merupakan tokoh utama aliran ini dan juga Al Qunawi muridnya. Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu Yazid Al Busthami dalam aliran ini.
Aliran ini terkadang disebut juga dengan istilah Irfân (Gnostisisme), karena orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau gnosis) tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu.
4. Tahap Tarekat ( Abad ke-7 H dan seterusnya )
Meskipun tarekat telah dikenal sejak dahulu, seperti tarekat Junaidiyyah, yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah, yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat berkembang dengan pesat. Seperti Tarekat Qadiriyyah, yang didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang), Tarekat Rifa’iyyah, yang didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H), Tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al- Suhrawardi (w. 563 H), Tarekat Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang telah memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi dan Tarekat At- Tijaniah, yang didirikan oleh Syekh Muhammad Ibn Ahmad At- Tijani. yang penyebarannya sudah mulai meluas dibeberapa daerah terutama kabupaten Garut yang proses penyebaran ajarannya berpusat di Pondok Pesantren Al- falah Biru.
Pada tahap ini, tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara rasional-filosofis. Ibn Arabi, merupakan tokoh utama aliran ini dan juga Al Qunawi muridnya. Sebagian ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu Yazid Al Busthami dalam aliran ini.
Aliran ini terkadang disebut juga dengan istilah Irfân (Gnostisisme), karena orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau gnosis) tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu.
4. Tahap Tarekat ( Abad ke-7 H dan seterusnya )
Meskipun tarekat telah dikenal sejak dahulu, seperti tarekat Junaidiyyah, yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah, yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat berkembang dengan pesat. Seperti Tarekat Qadiriyyah, yang didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang), Tarekat Rifa’iyyah, yang didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H), Tarekat Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al- Suhrawardi (w. 563 H), Tarekat Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang telah memiliki banyak variasi , pada mulanya didirikan di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi dan Tarekat At- Tijaniah, yang didirikan oleh Syekh Muhammad Ibn Ahmad At- Tijani. yang penyebarannya sudah mulai meluas dibeberapa daerah terutama kabupaten Garut yang proses penyebaran ajarannya berpusat di Pondok Pesantren Al- falah Biru.
C.
Macam- Macam Tasawuf
Secara umum tasawuf terbagi kedalam
tiga bagian besar, yaitu tasawuf Aklaki, tasawuf Amali, tasawuf Falsafi.
1. Tsawuf Akhlaki
Tasawif akhlaki adalah tasawuf yang
menekankan pada pendalaman dan pengalaman spiritual untuk membangun akhlak
mulia.
hal ini diperlukan upaya mencapai tingkat
kesempurnaan dan kesucian jiwa. untuk itu diperlukan latihan mental yang
panjang. Didalam tasawuf dikenal istilah
riyadhoh jiwa, yang guna dan fungsinya untuk melatih jiwa serta membiasakan
diri untuk terus menerus melapalkan kalimat- kalimat tauhid, syahadat, tasbih dan yang lainnya secara istiqomah.
kemudian hasil dari sikap istiqomah ini, akan melahirkan sikap sakinah.Yaitu keteduhan batin yang
dapat membabwa seseorang mengayuh langkah secara pasti untuk merengkuh sikap muthmai’nnah yang merupakan sikap
optimal dari keteguhan hati.
Setelah seseorang mencapai tahapan muthmai’nnah ini, seseorang dapat
menempati maqam (station) yang menjuntai dalam ruang-ruang tasawuf. Dari
kondisi ini seseorang akan mendapat pencerahan pada pertemuan spiritual dengan Allah
dalam tangga Ma’rifat.
Melalui disiplin kerohanian inilah, seorang sufi dapat
memperoleh suatu maqam yang abadi.
Diantarannya maqam dalam tasawuf
adalah taubah, wara’, zuhud, faqr, sabar,
tawakkal, dan ridho. Dari maqam tersebut akan muncul keadaan jiwa
(akhwal) yang mencakup murraqabah, qarb
(kedekatan dengan Allah), khauf
(takut kepada Allah), raja (berharap
penuh kepada Allah), musyahadah
(berantai-intai) dan yakin akan pertemuan dengan Allah.
Salah satu tokoh dalam tasawuf akhlak adalah Al- Ghazali.
Dalam kitabnya pada bab mengenai Ketercelaan
Dunia, ia menekankan bahwa untuk mencapai kesempurnaan akhlak, hal utama
yang harus dilakukan adalah manajemen hawa nafsu. Upaya yang harus dilakukan,
antara lain adalah melepaskan kesenangan duniai untuk mencapai kecintaan kepada
Allah. Sebagaimana Nabi bersabda:
Artinya:
cinta pada dunia itu adalah pokok dari segala dosa/ kejahatan.
Orang
boleh kaya dunia, tetapi nabi sulaiman as. dan para sahabat yang kaya, kita
harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh diletakkan dalam hati.
Dalam
pandangan Al-Ghizali, manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti hawa
nafsunya yang ingin mengusai dunia dan berkuasa di dunia sehingga cinta manusia
pada dunia menutupi cintanya kepada Allah. Dan ini merupakan dasar dari
kehancuran moral (akhlak) manusia.
Untuk
mencapai kesempurnaannya, ada beberapa langkah yang harus ditempuh manusia
menurut tasawuf, yaitu:
a. Takhalli, yakni membersihkan dan
mengosongkan diri sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan batin. Membersihkan
dari sifat- aifat tercela ini, oleh kaum sufi, dipandang penting karena
sifat-sifat itu merupakan “najis maknawi”. Adanya najis ini pada diri seseorang
menyebabkan ia tidah mungkin dekat dengan Allah, sebagaimana kalau mempunyai
najis “dzati”, ia tidak mungkin dapat nendekati atau melakukan ibadah yang
diperintahkan Allah SWT. Menurut Al-quran, orang yang membersihkan jiwa dari
sifat- sifat tercela dan perbuatan dosa ini adalah orang- orang yang mendapatka
kebahagiaan sejati. Sebagaimana Allah berfirman dalam kitabnya :
Artinya: Sungguh berbahagialah orang
yang membersihkan jiwa dan dia ingat sama tuhannya, lalu dia melakukan shalat.
(Q.S Al-‘Ala : 14-15)
b. Tahalli, yakni upaya menghiasi diri
dengan kebiasaan, sikap, dan perilaku yang baik. Berusaha agar dalam gerak dan perilakunya
selalu ada dalam jalur agama, baik kewajiban yang bersifat “ luar” atau
ketaatan lahir maupun yang bersifat ketaatan batin. Yang dimaksud dengan
ketaatan lahir adalah kewajiban yang bersifat formal syari’at, seperti shalat
lima waktu, puasa, zakat, haji dan nikah dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan
ketaatan batin adalah seperti tobat, ikhalas, tawakkal, sabar, qana’ah (menerima
apa adanya), ridho, tawadhu (rendah hati), khusyuk dalam ibadah, zuhud, faqr
dan muraqqabah.
c. Tajalli, yakni pengisian rasa cinta
dan rindu terhadap Allah SWT. Yang dengan posisi ini akan terbuka nur illahi
pada diri seorang sufi, sehingga tersingkapnya cahaya goib oleh hati dan
lenyapnya hijab (ding-ding penghalang) antara hamba dengan hambanya. Dalam
pengertian ini, para sufi mendasarkan pendapatnya pada firman Allah SWT.,
Artinya:
Allah adalah cahaya langit dan bumi. (Q.S An- Nur 35)
Dalam keaadaan seperti ini,, mustahil
seorang hamba dapat menutupi cahaya, sedang cahaya itu terpancar dalam segala
yang tertutup, apalagi Allah adalah cahaya seluruh langit dan bumi. Nabi pernah
bersabda, “ bahwasannya Allah itu tajalli bagi manusia umumnya, bagi Abu Bakar
khususnya.
Menurut Al- Ghazalli, tersingkapnya
hal-hal goib yang menjadi pengetahuan kita yang hakiki disebabkan adanya cahaya
yang dipancarkan Allah kedalam dada atau hati seseorang. Hal itu kata Al-
Ghozalli, tidak dapat disusun dengan dalil dan menata argumentasi, tetapi
karena nur yang dipancarkan Allah
kedalam hati; dan nur ini merupakan
kunci untuk sekian pengetahuan. Karena itu lanjut Al- Ghazalli: barang siapa
yang mengira bahwa tersingkapnya itu tergantung pada dalil-dalil semata, maka
sesungguhnya ia telah menyempitkan rahmat Allah yang luas. Pendapat Al-
Ghozalli ini, disandarka pada sebuah hadis yang sebab turunnya berhubungan erat
dengan sebuah pertanyaan yang daijukan kepada Nabi Muhammad SAW oleh seorang
sahabat menganai arti “ melapangkan dada” dalam firman Allah Swt,
Artinya:
Barang siapa yang hendak diberi Allah petunjuk, maka dilapangkan-Nya dadanya
untuk islam. (Q.S Al-An’am)
Nabi
menjawab, “ itu adalah nur yang dimasukan Allah Swt kedalam hati. Kemudian
ketika ditanya tentang tanda-tandanya, Nabi menjawab, “ menjauhi dunia yang
menipu dan dan menghadap dengan sepenuh hati mennuju alam keabadian.
2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah jalan tasawuf
yang harus dialakukan melalui bimbingan guru tasawuf. Hal ini mengingat bahwa untuk menjalani kehidupan tasawuf, ada
orang yang mampu melakukannya sendiri dan ada yang harus dibimbing oleh seorang
ahli tasawuf. Dalam tasawuf amali dikenal strata sebagai berikut:
ü
Murid, yaitu orang yang mencari pengetahuan
dan bimbingan dalam melaksanakan amal ibadahnya, dengan memusatka perhatian dan
usahanya kedalam tujuannya ini, serta menahan segala kemauannya dengan
menggantungakan diri dan hidupnya kepada iradah Allah. Dalam kalangan ini,
murid diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pemula, menengah dan tingggi.
ü
Syekh/ mursyid, yaitu pemimpin sufi, pembimbing dan
pengawas para sufi. Hubungan muruid dengan syekh/ mursyid adalah hubungan
penyerahan diri sepenuhnya. Dengan kata lain, murid harus tunduk, setia dan
rela dengan segala perlakuan syekh kepadanya.
ü
Wali dan Qutb, yaitu orang telah sampai kepuncak
kesucian batin, memperoleh ilmu ladini
yang tinggi sehingga tersingakap tabir rahasia hal-hal gaib, baginya ia telah
mendapat karamah. Adapun qutb adalah
seorang wali yang telah berfungsi sebagai “ahli waris para nabi” yang
melanjutakan perjuangan nabi. Tingkat kesucian jiwa, kedalaman ilmu, dan
ketaatan para qutb hampir sama dengan
nabi. Perbedaanya adalah Nabi memperoleh ilmu melaliu wahyu, sedangkan qutb memperoleh ilmu melalui ilham.
3.
Tasawuf
Falsafi
Tasawuf falsafi meruoakan reaksi
sebagian kalangan tasawuf atas teori-teori yang dikemukakan para filusuf mutakallimin.
Karena harus menyesuaikan diri dengan teori filsafat, para filsuf atau
mutakallimin ini menaggalkan sebagian sifat Tuhan. Secara garis besar, konsep
meraka dalam teologi islam dapat dibagi tiga bagian, yaitu konsep etika, konsep
estetika dan konsep kesatuan wujud.
Konsep etika tentang tuhan
menyatakan bahwa Dzat Tuhan merupakan kekuasaan, daya dan iradat yang mutlak.
Tuhan merupakan pencipta dan penguasa tertinggi dalam segala hal, termasuk
tingkah laku manusia. Tokoh yang mewakili kelompok ini adalah Hasan Al-Bashri.
Konsep estetika menyatakam bahwa
antara Tuhan dan manusia terdapat jalur timbale balik. Konsep ini pertama kali
di lahirkan oleh Rabi’ah Al- Adawiyah. Karakteristik yang menonjol dalam konsep
ini adalah kecintaan yang luar biasa pada Tuhan.
Konsep kesatuan wujud di pelopori
oleh Ibn A ’rabi yang inti ajarannya adalah alam realitas (dunia fenomena) ini
merupakan bayangan dari suprarealitas (Tuha). Satu-satunya wujud yang hakiki
adalah Tuhan dan Tuhan adalah wujud yang tidak dapat diberi sifat-sifat.
D. Pemikiran Tasawuf
Keistimewaan tasawuf sebagai salah satu intuisi islam adalah penekanan
pada aspek psikis spiritual dan cara hidupnya yang lebih mengutamakan
pengagungan tuhan dan membebaskan diri dari sifat egoism. Sebab bagi seorang
sufi, melakukan dosa/ maksiat Itu
hukumya adalah najis maknawi. Mala jika
tidak dibersihkan akan menjadi sebab menjauhnya diri seseorang terhadap Tuhan.
Seabagaimana seorang yang hendak melakukan shalat, tetapi ia mempunya najis.
Maka ia, tidak dapat mendirikan shalat.
F. Manfaat
Tasawuf
Adapun manfaatnya: untuk mendidik hati sehingga mengenal dzat Allah,
sehingga berbuah kelapangan dada, dan bersih hati berbudi pekerti yang luhuur
menghadapi semua makhluk.
Abul hasan Asysyadili ra. Berkata : perjalanan kami terdiri atas lima:
1) Takwa pada Allah lahir batin dalam
pribadi sendiri atau di muka umum.
2) Mengikuti sunnaturrasul dalam semua
kata dan perbuatan.
3) Mengabaikan semua makhluk dalam
kesukaan atau kebencian mereka (yakni: tidak menghiraukan apakah mereka suka
atau benci).
4) Rela (ridho) menurut hokum Allah
ringan atau berat.
5) Kembali kepada Allah dalam suka dan
duka.
Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara’ (menjauh dari semua yang makruh, subhat dan
haram), dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah, yaitu tetap tabah
tidak berubah.
Dan untuk melaksanakan sunnaturrasul harus selalu wapada dan melakukan
budi pekerti yang baik (luhur).
Dan untuk melaksanakan tidak hirau pada makhluk dengan sabar dan
tawakkal (berserah diri pada Allah ta’ala).
Dan untuk melaksanakan rela (ridho) pada
Allah dengan terima (qana’ah/ tidak rakus) dan menyerah.
Dan untuk melaksanakan kembali pada Allah dalam suka duka denga
bersyukur dalam suka dan beerlindung kepadanya dalam duka. Yang mana semua ini
berpokok pada lima criteria:
1) Semangat yang tinggi
2) Berhati-hati dari yang haram atau
menjaga kehormatan
3) Baik dalam berkhidmat sebagai hamba
4) Melaksanakan kewajiban
5) Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat
Maka siapa yang tinggi semangat, pasti naik tingkat serajatnya. Dan
siapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga
kehormatannya. Dan siapa yang benar dalam ta’atnya, pasti mencapai tujuan
kebesaran-Nya/ kemuliaan-Nya. Dan siapa yang melaksanaka kewajibannya dengan
baik, maka bahagia hidupnya. Dan siapa yang menjunjung nikamat, berarti
mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar.
BAB
3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari seluruh bahasan dalam
makalah ini adalah bahwa sesungguhnya tasawuf jika dilihat dari segi ke bahasaan (linguistik) terdapat
baberapa istilah, diantaranya kata al-sufah,
suf, saf, sufi dan sophos. Kemudaian dari segi istilah, tasawuf dapat didefinisika kedalam tiga sudut pandang yang
berbeda. Yang pertama, sudut pandangmanusia adalah makhluk yang terbatas. Yang
ke dua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang berjuang. Yang terakhir,
sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan.
Macam-macam tasawuf itu berbeda-beda, secara
umum tasawuf terbagi kedalam tiga bagian besar. Yaitu tasawuf akhlaki, tasawuf
amali dan tasawuf falsafi. Kemudian dalam mencapai kesempurnaan, seorang sufi
harus mencapai tiga aspek. Yaitu takhalli, tahalli, tajalli. Dan bilamana
seorang sufi dapat menempuh/ menyelesaikan ketiga rintangan ini,maka ia akan
selalu merasa dekat dengan Allah dimanapun dan kapanpun.
2. SARAN
Sebagai
seorang muslim, kita dianjurkan untuk mengetahui hal-hal yang dipelajari dalam
agama islam. Terutama hal-hal yang ada kaitannya dengan dimensi-dimaensi islam.
Yang mana dimensi-dimensi islam itu ada tiga. Yaitu Rukun Islam, Rukun Iman dan
Ihsan. Dan tasawuf merupakan bagian dari salah satu dari ketiga dimensi tadi,
yakni kaitannya dengan Ihsan.
Maka
seseorang yang belajar ilmu tasawuf, setidaknya ia akan mengetahui mengenai
cara-cara supaya hati menjadi bersih, kehidupan menjadi tenang dan keselamatan
dunia akhirat. Apalagi jika ia berusaha mengamalkannya. Maka kalau kita
perhatikan seseorang yang mengalkan tasawuf, selain kehidupannya tenang juga ia
lebih dekat dengan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-
Quran Al- karim
Sofyan,
ayi. 2010. Kapita Selekta Silsafat. Bandung: Pustaka Setia.
Ahmad
hidaya, asep. 2009. ketenagan Jiwa. Bandung: Marja.
Bahreisyi,
salim. Tt. Terjemah Al-hikan. Surabaya: Balai Buku.
Abd,
Al-kadir Mahmud. 1966. Al-falsafah Al-sufiah fi Al-islam. Dar Al-fiqr
Al-‘raby.
Ae,
Afifi. 1989.Terjemah Phisikal philosophy of Muhyiddin ibn ‘Araby.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ahmad,
Abu.1982. Filsafat Islam. Semarang: Toha Putra.
Al-kalabazi.
1969. Al-Ta’aruf limadzhab Ahl As-Sufiyah. Kairo: Maktab Al-Kuliyah
Al-azhariah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar