PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Paraahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek
perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasikan adalah perkembangan
emosional.Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga mengukur emosi itu
agaknya hampir tidak mungkin.Perkembangan emosi pada anak menurutJohn B. Watson
(dalam Mahmud, 1990) ada tiga yaitu, takut, marah dan cinta.Perkembangan pada
anak bukan hanya dipengaruhi oleh emosi saja, namun juga dipengaruhi oleh
perkembangan moral dan spiritual.Banyak sekali faktor-faktor yang memepengaruhi
perkembangan pada masa kanak-kanak. Maka dari itu, kami akan mencoba memaparkan
masa perkembangan pada masa kanak-kanak.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
tahap perkembangan emosi pada masa kanak-kanak?
2.
Apa saja
jenis-jenis emosi pada masa kanak-kanak?
3.
Bagaimana
pengaruh emosi terhadap prilaku?
4.
Apa saja
ciri-ciri emosi?
5.
Terbagi
kedalam berapa kelompok emosi?
6.
Bagaimana
tahap perkembangan moral pada masa kanak-kanak?
7.
Faktor apa saja
yang mempengaruhi tahap perkembangan moral?
8.
Bagaimana
proses perkembangan moral?
9.
Bagaimana
tahap perkembangan spiritual pada masa kanak-kanak?
1.1 Tujuan
1.
Agar kita
memahami bagaimana tahap perkembangan emosi pada masa kanak-kanak.
2.
Agar kita mengetahui
jenis-jenis emosi pada masa kanak-kanak.
3.
Serta
mengetahui tahap perkembangan moral, serta spiritual pada masa kanak-kanak.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Perkembangan
Emosi
Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari
semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasi adalah
perkembangan emosional.Reaksi terhadap emosi pada dasarnyasangat dipengaruhi
oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga mengukur
emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.Menurut Sarlito Wirawan Sarwono
berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal)maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).
Menurut Jersild (1954), perkembangan emosi selama
masa kanak-kanak terjalin sangat eratnya dengan sapek-aspek perkembangan yang
lain. Setelah alat-alat indera anak menjadi lebih tajam , kecakapan anak untuk
mengenal perbedaan-perbedaan dan untuk melakukan pengamatan pun menjadi lebih
dewasa, dan setelah ia lebih melangkah ke depan dalam segala aspek
perkembangannya, jumlah peristiwa yang bisa membangkitkan emosinya pun kian bertambah
besar.
1.2
Jenis-jenis
Emosi dan Pengelolaannya
Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional
dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu 1.Marah, orang bergerak menentang
sumber frustasi.2. Takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi. 3. Cinta,
orang bergerak menuju sumber kesenangan. 4. Depresi, orang menghentikan respons-respons
terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam dirinya sendiri. (Mahmud, 1990:167)
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson (dalam
Mahmud, 1990) menemukan bahwa tiga dari keempat respons emosional tersebut
terdapat pada anak-anak, yaitu takut, marah dan cinta.
1.
Takut
Pada dasarnya, rasa takutitu bermacam-macam.Ada yang timbul karena
seorang anak kecil memang ditakut-takuti atau karena berlakunya berbagai
pantangan di rumah.Akan tetapi, ada juga rasa takut “naluriah” yang terpendam
dalam hati sanubari setiap ocial.
Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa takut pada anak (Sobur
1987:96-97). Pertama, ciptakanlah suasana kekeluargaan / lingkungan social yang
mampu menghadirkan rasa keamanan dan rasa kasih saying.Kedua, berilah
penghargaan terhadap usaha-usaha anak dan pujilah bila perlu.Ketiga, tanamkan
pada anak bahwa ada kewajiban social yang harus ditaati.Keempat, tumbuhkanlah
pada diri anak kepercayaan serta keberanian untuk hidup, jauhkanlah ejekan dan
celaan.
2.
Marah
Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada anak kecil
ketimbang rasa takut.Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah
pada anak yang berumur sampai kira-kira 4 tahun.Kemarahan yang terlihat dari
tingkah laku menjatuhkan diri dilantai, menendang, menangis, berteriak dan
kadang-kadang juga menahan nafas.Ini sering disebut anak ngambek atau ngadat
untuk mendapatkan sesuatu. Dengan istilah lain, ngadat ini disebut temper
tantrums (Gunarsa, 1980:89). Jika temper tantrums ini tidak
ditanggulangi dengan baik, tingkah laku tersebut dapat dilakukan juga sesudah
empat tahun. Cara-caranya bisa lebih hebat lagi, sehingga sering tidak dapat
dimengrti lagi bahwa pada dasarny acara tingkah laku tersebut merupakan luapan
kemarahan saja.
Berbagai factor pada orang tua yang bisa menambah seringnya anak
marah-marah, antara lain, sikap orang tua yang terlalu banyak mengkritik
tingkah laku anak.Karena anak dalam masa latihan dan belajar,
kesalahan-kesalahan merupakan suatu hal yang umum.Namun, bagi orang tua yang
bersifat suka mengkritik, setiap tingkah laku menjadi objek kritikan hal ini
tentunya menimbulkan perasaan kesal pada anak yang disalurkan melalui
kemarahan.
Begitu juga sikap orang tua yang terlalu cemas dan khawatir mengenai anaknya.Anak
selalu dilindungi dan diawasi secara ketat, hal yang tidak bisa diterima oleh
si anak.Anak merasa sangat terhambat dalam pelaksanaan keinginan-keinginannya,
yang memngakibatkan lagi kemarahan.
Sama pula halnya dengan sikap orang tua yang terlalu teliti, yang belum
dapat diikuti oleh anak.Sikap yang terlalu teliti, lebih-lebih dalam hal
mencari kesalahan dan kekurangan anak, sering menimbulkan perasaan putus asa
pada anak yang mengandung sifat-sifat dendam yang tersalur melalui kemarahan.
Novaco (1986, dalam Berkowitz, 1993) mengemukkakan bahwa amarah “bisa
dipahami sebagai reaksi tekanan perasaan”.Yang mereka maksudkan pada dasarnya
adalah bahwa orang cenderung menjadi marah dan terdorong menjadi agresif jika
harus menghadapi keadaan yang mengganggu.
Meskipun demikian analisis Berkowitz lebih jauh lagi.Ia berpandangan
bahwa bukan tekanan eksternal itu sendiri, melainkan perasaan negative yang
ditimbulkan oleh tekanan itulah yang menghasilkan kecenderungan agresif dan
amarah.
3.
Cinta
Setiap orang, anak-anak maupun orang dewasa, pada hakikatnya menginginkan
untuk diterima sebagaimana adanya, dirinya, fisiknya, juga pribadinya secara
keseluruhan dalam keluarga, termasuk didalamnya dapat menerima kelemahan dan
kekurangan mereka. Kebutuhan emosi seorang anak terhadap cinta dan kasih
sayang, sama besarnya dengan kebutuhan fisik akan makanan.
Banyak cara untuk mengungkapkan perasaan cinta terhadap anak. Namun cara
yang terbaik untuk menimbulkan rasa cinta dan aman pada anak ialah dengan
mengungkapkan rasa cinta secara terbuka dan terus terang. Bila orang tua secara
terbuka telah menanamkan rasa cintanya kepada sang anak, lantas mengajarkan
mereka untuk bisa mengasihi pada semua orang, ia telah memberikan kepada mereka
pelajaran yang pertama yang sangat penting bagi anak itu. Kemudian cara lain
umtuk mendidik anak-anak supaya menghormati orang tuanya ialah dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk melihat bahwa bapak dan ibu juga
saling memberikan perhatian yang manis. Dengan demikian anak pun cenderung
untuk mengidentifikasi apa yang dilihatnya.
Para ahli berpendapat bahwa pada garis besarnya sosial curahan kasih
sayang orang tua akan tampak pengaruhnya sejak bayi berusia enam bulan, karena
pada masa inilah mereka membentuk definisi pertama tentang arti kasih sayang
orang tua yang sebenarnya. Jika cinta dan kasih sayang orang tua berlimpah,
sikap kasih sayang anak pun akan berkembang sepenuhnya, dan mereka akan
beranggapan bahwa semua orang di dunia ini pada umumnya ramah serta memiliki
sikap bersahabat dan rasa kasih.
1.3
Pengaruh
Emosi Terhadap Perilaku Dan Perubahan Fisik Individu
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku
individu di antaranya sebagai berikut :
a.
Memperkuat
semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b.
Melemahkan
semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa.
c.
Menghambat
atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi
dan bisa juga menimbulkan sikap gugup dan gagap dalam berbicara.
d.
Terganggu
penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e.
Suasana
emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik individu dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Jenis Emosi
|
Perubahan Fisik
|
|
1. 1. Terpesona
|
1.Reaksi elektris pada
kulit
|
|
2. 2. Marah
|
2.Peredaran
darah bertambah cepat
|
|
3. 3. Terkejut
|
3.Denyut
jantung bertambah cepat
|
|
4. 4. Kecewa
|
4.Bernafas
panjang
|
|
5. 5. Sakit/Marah
|
5.Pupil
mata membesar
|
|
6. 6. Takut/Tegang
|
6.Air
liur mongering
|
|
7. 7. Takut
|
7.Berdiri
bulu roma
|
|
8. 8. Tegang
|
8.Terganggu
pencernaan, otot-otot menegang, atau bergetar.
|
1.4
Ciri
–Ciri Emosi
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ocia-ciri
sebagi berikut :
1.
Lebih bersifat
subjektifdaripada psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir.
2.
Bersifat
fluktuatif (tidak tetap)
3.
Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
1.5
Pengelompokan
Emosi
Emosi dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu
emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).
1.
Emosi Sensoris
yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti
rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.
2.
Emosi Psikis
yaitu emosi yang mempunyai social alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini
adalah :
a.
Perasaan Intelektual
yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini
diwujudkan dalam bentuk rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya
ilmiyah, rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran dan rasa puas karena
dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.
b.
Perasaan Sosial
yaitu persoalan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat
perorangan maupun kelompok. Wujud persoalan ini seperti rasa solidaritas,
persaudaraan, simpati, kasih sayang dan sebagainya.
c.
Perasaan Susila
yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika
(moral). Contohnya rasa tanggung jawab, rasa bersalah apabila melanggar norma,
rasa tentram dalam menaati norma.
d.
Perasaan Keindahan
yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat
kebendaan maupun kerohanian.
e.
Perasaan Ketuhanan.
Salah satu kelebihan manusian sebagai makhluk tuhan, dianugrahi fitrah
(kemampuan atau perasaan) untuk mengenal tuhannya.dengan kata lain manusia
dikaruniai insting religius. Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia
dijuluki sebagai “homo divinans” dan “homo religius” yaitu sebagai makhlik yang
berke-tuhan-an dan makhluk beragama.
2.6
Tahap
Perkembangan Moral
Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (Moris), yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan
moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai
atau prinsip-prinsip moral.Nilai-nilai moral itu seperti seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan larangan mencuri, berzina,
membunuh, meminum minuman keras dan berjudi.Seseorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku orang tersebuts sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
2.7
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembengan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya.Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama
dari orang tua. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut :
1.
Konsisten
dalam mendidik anak
2.
Sikap orang
tua dalam keluarga
3.
Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut
4.
Sikap
konsisten orang tua dalam menerapkan norma
2.8
Proses
Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui
beberapa cara sebagai berikut :
1.
Pendidikan
Langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan
salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya.
2.
Identifikasi
yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku
moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru, kiai, artis atau
oaring dewasa lainnya.
3.
Proses
Coba-Coba yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.
Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan
, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan
dihentikannya.
2.9
Tahap
Perkembangan Beragama / Spiritual
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah
Swt, adalah dia dianugrahi fitrah untuk mengenal Allah dan melakukan
ajaran-Nya. Dalam kata lain, manusia dikatakan insting religius. Karena
memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinanas” dan “
Homo Religious”.
Fitrah beragama ini merupkan disposisi (kemampuan
dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang. Namun,
mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama anak sangat bergantung kepada
proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan
oleh Nabi Muhammad Saw :“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya
karena orangtuanyalah, anak itu menjadi yahudi, nasrani, atau majusi”.
Jiwa beragama atau kesadaran beragam meruju kepada
aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang
direfleksikan kedalam peribatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah
maupun hablumminannas.
Perkembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor pembawaan dan lingkungan.
1.
Faktor
Pembawaan (Internal)
Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah
bahwa manusia mempunyai fitrah beragama. Setiap manusia yang lahir kedunia ini,
baik yang lahir dinegara komunis maupun kapitalis, baik yang lahir dari orang
tua yang shaleh maupun jahat, sejak Nabi Adam sampai akhir jaman, menurut
fitrah kejadiannya mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada tuhan atau
percaya adanya kekuatan diluar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam
semesta.
Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang
berjalan secara alamiah dan ada juga yang mendapat bimbingan dari para rasul
Allah Swt, sehingga fitrahnya itu berkembang sesuai dengan kehendak Allah Swt.
2.
Faktor
Lingkungan (Eksternal)
Perkembangan tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor eksternal yang
memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan
sebaik-baiknya. Faktor eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana
individu itu hidup. Lingkungan itu adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena
itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah
dominan.Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menumbuh kembangkan fitrah beragama anak.
Dalam mengembangkan fitrah beragama anak dalam lingkungan keluarga, maka
ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian orang tua yaitu sebagai berikut :
1. Karena orangtua merupakan Pembina pribadi yang
pertama bagi anak, dan tokoh yang diidentifikasi atau ditiru anak, maka
sayoginya dia memiliki kepribadian yang baik atau berakhlakul karimah.
2. Orangtua hendaknya memperlakukan anaknya dengan
baik, yaitu dengan memberikan curahan kasih sayang yang ikhlas, bersikap
respek/menghargai pribadi anak, menerima anak sebagaimana biasanya, mau
mendengar keluhan/pendapat anak, memaafkan kesalahan anak dan meluruskan
kesalahan anak dengan pertimbangan atau alas an-alasan yang tepat.
3. Orangtua hendaknya memelihara hubungan harmonis
antar keluarga. Hubungan harmonis, penuh dengan perhatian dan kasih sayang akan
membuahkan perkembangan prilaku anak yang baik.
4. Orangtua hendaknya membimbing, mengajarkan atau
melatihkan ajaran agama terhadap anak. Seperti syahadat, shalat (bacaan dan
gerakan), berwudlu, doa-doa, bacaan al-qur’an dan sebagainya.
b.
Lingkungan Sekolah
Menurut Hurlock (1959:561) pengaruh sekolah terhadap perkembangan
kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari
keluarga dan guru-guru substitusi dari orangtua.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan fitrah beragama para siswa,
maka sekolah terutama dalam hai ini guru agama mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah
atau akhlak yang mulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama.
Agar dapat melaksanakan tugas tersebut, maka guru agama dituntut untuk
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Kepribadian yang mantap (akhlak mulia) seperti
jujur, bertanggung jawan, berkomitmen terhadap tugas, disiplin dalam bekerja,
kreatif, dan respek terhadap siswa.
2. Menguasai disiplin ilmu dala Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam.
3. Memahami ilmu-ilmu lain yang relevan atau menunjang
kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar.
Faktor lain
yang menunjang perkembangan fitrah beragama siswa adalah :
1. Kepedulian kepada sekolah, guru-guru dan staf
sekolah lainnya terhadap pelaksanaan pendidikan agama.
2. Tersedianya sarana ibadah yang memadai dan
memfungsikannya secara optimal.
3. Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian
bagi para siswa dan ceramah-cermah atau diskusi keagamaan secara rutin.
c.
Lingkungan
Masyarakat
Yang dimaksud lingkungan masyarakat disini adalah situasi atau kondisi
interaksi sosial yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah
beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam masyarakat, individu (terutama
anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya
atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulannya itu menampilkan
prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama, maka anak remajapun akan
cenderung berakhlak baik. Namun apabila temannya menampilkan prilaku kurang
baik, melanggar norma-norma agam, maka anak cenderung akan terpengaruh untuk
mengikuti prilaku tersebut. Hal ini akan terjadi apabila anak kurang
mendapatkan bimbingan dalam keluarga.
Kualitas pribadi atau prilaku orang dewasa yang kondusif bagi
perkembangan kesadaran beragama anak adalah taat melaksanakan kewajiban agama
seperti ibadah ritual, menjalin persaudaraan, saling menolong dan bersikap
jujur, menghindari diri dari sikap dan prilaku yang dilarang agama seperti
sikap permusuhan, saling curiga, munafik, mengambil hak orang lain dan prilaku
maksiat lainnya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari
semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasi adalah
perkembangan emosional.Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga mengukur
emosi itu agaknya hampir tidak mungkin.
Jenis-jenis Emosi dan Pengelolaannyapada anak menurut John B. Watson
(dalam Mahmud, 1990) ada tiga yaitu, takut, marah dan cinta.
Tahap Perkembangan Moral
Seseorang
dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebuts sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
1.
Konsisten
dalam mendidik anak
2.
Sikap orang
tua dalam keluarga
3.
Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut
4.
Sikap
konsisten orang tua dalam menerapkan norma
Tahap Perkembangan
Beragama / Spiritual
Perkembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan
dan lingkungan.
1.
Faktor
Pembawaan (Internal)
2.
Faktor
Lingkungan (Eksternal), seperti Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan
Lingkungan Masyarakat.
3.2 Saran
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan
keterbatasan yang ada untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun
manusia tidak luput dari kekurangan yang dimilikinya, mengingat keterbatasan
kemampuan, pengalaman, waktu, serta pengetahuan. Penulis menyadari makalah ini
jauh dari sempurna, baik dalam hal penyajian mau pun pengetahuan bahasa. Oleh
karena itu kami akan menerima dengan terbuka dan senang hati
atas segala saran dan kritikan yang menuju pada perbaikan.
Akhir kata penulishanya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya serta bagi kami khususnya dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex.2011.Psikologi
Umum.Pustaka.Bandung: Setia.
Syamsu, Yusuf .2011.Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.